Competition with myself, nobody else.

Nadia Delfi Zafira
3 min readFeb 20, 2021

Selamat pagi/siang/sore/malam di mana pun kalian berada :D

Aku yakin, aku dan kamu, kita pernah membandingkan diri kita dengan orang lain. Ya, nggak? Hehe.

Entah kenapa, kita cenderung membandingkan diri dengan orang-orang di sekitar kita. Entah yang kita anggap rival atau sekedar kita rasa lebih baik dari kita.

Kadang terlintas di pikiran, “orang itu capaiannya banyak banget. Kayaknya semuanya jalan, deh. Dia banyak teman, akademiknya bagus, organisasinya lancar, mana juara lomba pula. Aku mah apaan dibanding dia? Kayaknya ga ada apa-apanya. Aku pengen A B C D tapi aku masih stuck ngurusin kuliah doang.”

Terus hasil apa yang kita peroleh dengan pikiran seperti itu? Seringkali kita jadi terseret ke dalam negativity. Kita malah masuk ke suatu tempat yang dingin, gelap, dan berbahaya. Tempat yang tidak bersahabat untuk kita. Dan terkadang, bisa membuat kita kesal dengan orang yang kita anggap lebih baik dari kita.

Tapi, untuk apa? Semua perasaan itu tidak membawa manfaat untuk kita.

Terus, gimana kita bisa berhenti merasa seperti itu?

Pertama, abundance mentality. Semua orang punya porsi mereka masing-masing yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Saat orang lain memperoleh suatu pencapaian atau kesuksesan bukan berarti porsi kita sedang diambil orang lain. Itu memang sudah porsi mereka. Di sini kita harus bisa membangun mindset bahwa kita punya porsi yang tidak bisa diambil orang lain. Dan yang bisa mempengaruhi apakah kita menerima atau mengonsumsi porsi itu dengan baik atau tidak adalah diri kita sendiri.

Kedua, competition with myself, nobody else. Maksudnya gimana? Kita ga pernah berkompetisi dengan orang lain. Oke, di sini bakal muncul pertanyaan terus perlombaan gimana? WKWK. Perlombaan itu sesuatu yang sangat subjektif. Ada standar penilaian yang dibuat oleh sekelompok orang atau juri yang adalah orang. Nah, hidup bukan perlombaan. Ga ada juara 1 dalam hidup atau orang yang kalah dalam hidup. Oleh karena itu, dalam hidup kompetitor satu-satunya untuk kita adalah diri kita sendiri.

Aku akan lebih banyak membahas poin kedua sekarang.

Kita semua terbangun dari pengalaman-pengalaman kita dari lahir sampai sekarang. Tidak ada satu pun dari kita yang sama. Ini berarti kita semua memiliki tanggung jawab, kewajiban, dan start yang berbeda-beda pula. Ini sudah menjadi sebuah tanda bahwa kita tidak bisa menyamakan diri sendiri dengan orang lain dan membandingkan keduanya.

Berikutnya, katakan kalian sudah hidup cukup lama untuk mengetahui apa yang kalian sukai dan tidak sukai. Sudah tau kelebihan kalian di bidang apa dan kekurangan kalian di bidang apa. Dari situ, kalian sudah tau potensial kalian dan kira-kira bisa membuat rencana untuk memaksimalkan potensi itu.

Lalu yang menghentikan kalian apa?

Biasanya perasaan malas dan lebih seringnya ketakutan.

Iya, kurangnya keberanian untuk keluar dari zona nyaman misalnya.

Lalu cara kita keluar dari sana bagaimana? Kita harus bisa mengalahkan diri sendiri. Diri kita yang ingin melakukan sesuatu harus bisa mengalahkan diri yang malas dan tidak berani mengambil risiko.

Ada perkataan juga bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kita yang sekarang harus lebih baik dari kita yang kemarin. Itu berarti kita harus bisa menang dalam kompetisi dengan diri sendiri. Karena dari situ lah kita tau bahwa kita telah tumbuh. Kita telah berkembang. Kita sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dan saat waktu itu datang, kita bisa mengambil napas dan merasa lebih baik tentang segalanya.

Semangat, kawan. Semoga segala urusan mu dimudahkan :)

--

--