Kapasitas Manusia

Nadia Delfi Zafira
3 min readJan 22, 2021

Selamat pagi/siang/sore/malam, kapanpun dan di manapun kalian berada. Sampai tidak lama ini, aku berpikir bahwa semua orang itu kurang lebih seperti aku. Seperti aku dalam hal kapasitas melakukan sesuatu, kapasitas dalam ketahanan atau endurancenya terhadap sesuatu. Aku pikir, kita semua kan sama-sama manusia. Umur kita juga tidak jauh berbeda. Hal-hal yang sudah kita lalui kurang lebih sama, ya, kan?

Kita sering mendengar kalimat “kalau aku bisa, kamu juga pasti bisa” yang bisa diganti dengan subjek dan objek yang berbeda seperti “kalau dia bisa, aku juga pasti bisa”. Kalau begitu, intinya semua orang bisa melakukan yang orang lain lakukan, kan? Tapi kenyataannya tidak begitu.

Sama seperti baterai yang memiliki tipe dan kapasiatas yang berbeda, manusia pun begitu. Status atau latar belakang yang mirip tidak menjamin bahwa kapasitas orang-orang itu serupa. Kita tidak bisa mengasumsi kapasitas seseorang berdasarkan hal-hal yang kita ketahui tentang seseorang. “Oh, dia pernah melakukan A dan pernah menjadi B. Kalau aku kasih kerjaan C pasti bisa juga.” Asumsi seperti itu mungkin bisa dibuat sebagai pertimbangan pemberian beban atau tugas kepada seseorang. Tapi setelah asumsi itu dibuat, kita harus memastikan terlebih dahulu apakah asumsi kita itu benar atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan orang itu.

Komunikasi ini juga tidak bisa dilakukan sekali saja, yaitu di awal saja. Dalam menjalankan suatu hal, hal yang ditawarkan di awal dengan apa yang sebenarnya dijalankan seringkali berbeda. Hal ini membuat kita harus sering melakukan check up dengan orang yang kita amanahi itu. Apakah tanggung jawab di awal yang mereka sanggupi itu ternyata semakin membebani mereka? Jika iya, apa yang bisa kita bantu? Bagaimana caranya kita bisa meringankan beban itu?

Manusia memiliki breaking point yang berbeda-beda. Ada orang yang mudah sekali retak dan patah, ada juga yang sangat kuat hingga sulit sekali mematahkan mereka. Konteks patah di sini banyak, sih, namun ditekankan pada mental. Beberapa orang punya kapasitas yang sangat kecil dalam menghadapi stres, di mana orang lain punya kapasitas yang sangat besar dalam menghadapi stres. Beberapa orang bisa dengan mudah merasa pesimis dan merasa kegagalan ada di depan mereka, beberapa orang lainnya percaya pada nilai yang mereka pegang bahwa semua akan baik-baik saja selama kita melakukan yang terbaik.

Semua orang memiliki kapasitas mereka masing-masing. Tugas kita sebagai manusia, sebelum mengerti kapasitas orang lain adalah untuk mengetahui kapasitas diri kita sendiri terlebih dahulu. Kenali diri sendiri, tipe orang seperti apa aku. Apakah kapasitasku kecil sehingga aku butuh bantuan orang lain, ataukah kapasitasku besar sehingga aku bisa membantu lebih banyak orang?

Sebagai individu yang sebelumnya berpikir “kalau aku bisa, yang lain pasti bisa”, pemahamanku akan kapasitas ini membuatku bisa berpikir lebih baik mengenai bagaimana aku memandang orang. Sebagai pemimpin, pengertianku tentang kapasitas membantuku dalam pembagian tugas dalam komunitas.

Seperti yang banyak orang ketahui, namun mungkin belum rasakan, tidak ada satu pun manusia yang sama. Semua orang memiliki trait mereka masing-masing. Kita semua dibangun dari pengalaman yang berbeda-beda. Jadi, saat berhadapan dengan orang lain ada baiknya kita mengenal mereka sedikit lebih jauh terlebih dahulu sebelum memutuskan hal-hal berdasarkan asumsi kita terhadap mereka.

Butuh pengalaman dan waktu untuk mengerti orang lain.

Do not rush it. Take your time.

Aku harap tulisan ini dapat membantu kalian saat harus berurusan dengan orang lain.

Bonus : Saat dihadapkan pada suatu situasi yang tidak menguntungkan, diamlah sesaat dan coba pikirkan pilihan yang kalian punya dan konsekuensi dari pilihan-pilihan tersebut.

--

--

Nadia Delfi Zafira

m̶a̶s̶i̶h̶ ̶m̶e̶n̶c̶a̶r̶i̶ sudah menemukan